Jumat, 15 Desember 2017

Short Story of INCEPTION


--

My name is Medika, I am member of SPE Diponegoro University (Undip) Student Chapter.

SPE Undip has been registered by SPE International since 2014. Although, belong as youngest student chapter in Java section, doesn’t prevent its member intention to show their best performance to considerate for new issue especially in Oil and Gas section

I have been joined SPE Diponegoro University for two years, and this year is very special to me. Why? This year, a history has been carved by SPE UNDIP that was conducted first annual and biggest event. Named, INCEPTION stands for Integrated Petroleum Competition.

This event followed by 7 Student Chapter and more than 50 participants. The series of events consists of Case Study, Paper and Smart Competition. Everybody presents their creative and brilliant idea about technology optimization of sustainable energy for a brighter future. Inception come be an unforgettable moment to me.

That is my story about my campuss event this year, so how about your campuss? #mytotalcampus2017

Jumat, 08 Desember 2017

Pendidikan dan Teknologi Makan Tuan


Teknologi, sebagai sarana yang digunakan manusia untuk mempermudah memenuhi kebutuhannya, mengalami perkembangan secara eksponensial dalam kurun waktu 2 dekade terakhir. Hubungan timbal balik dan keterikatan antara teknologi dan manusia, terutama di bidang informasi, mengubah pola hidup manusia dalam berpikir dan bertindak. Mudahnya mengakses informasi melalui internet atau untuk sekadar berjejaring dengan para kolega melalui media sosial seolah – olah sudah menjadi suatu kebutuhan. Namun, sama seperti koin, internet memiliki sisi yang tidak dapat dilihat, apabila hanya berfokus pada satu sisi mata koin. Semula, hanya untuk memudahkan pekerjaan manusia, kini menjadi suatu ketergantungan yang berujung pada kecanduan. Hal ini yang dapat dirasakan oleh para pengguna internet, namun sukar untuk disadari. Menjadi suatu hal yang perlu direfleksikan kembali, apabila teknologi yang seharusnya dikuasai oleh manusia, menguasai manusia.
Sebagai makhluk sosial., manusia memanfaatkan media sosial sebagai salah satu sarana untuk memenuhi kodratnya, untuk bersosialisasi. Media sosial pun  berperang penting untuk ‘mendekatkan’ yang terpisahkan oleh jarak namun menjadi suatu paradoks ketika media sosial itulah yang ‘menjauhkan’ yang dekat di mata. Hal ini tentunya seolah menjadi sentilan bagi orang – orang yang menggunakan media sosial pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Ego yang telah dimiliki manusia sejak lahir pun semakin diperkokoh oleh keberadaan media sosial. Pengakuan yang dibutuhkan setiap individu oleh lingkungannya diakomodasi oleh media sosial. Setiap orang dapat unjuk kebolehannya, membentuk citra, menceritakan pengalaman, hingga aib pun disertakan. Semua hal itu pun dilakukan semata – mata untuk mendapatkan pengakuan yang sifatnya maya. Disamping dua gejala tersebut, masih banyak gejala – gejala lain yang ditimbulkan oleh penggunaan media sosial, sebutlah cybercrime, radikalisme yang merajalela, sampai penyebaran konten porno sekalipun.
Sering dijumpai ulasan mengenai dampak yang ditimbulkan teknologi dengan seribu satu alsasan yang logis. Namun semua pembahasan tersebut hanya bermuara kepada gejala – gejala yang terjadi apabila manusia tidak memanfaatkan teknologi ‘secukupnya’. Bukan sisi baik atau buruknya dari teknologi yang menjadi akar permasalahan dewasa ini, melainkan bagaimana cara manusia memanfaatkan  teknologi tersebut. Terutama dalam hal ini, pemuda, sebagai kader – kader bangsa, menanggapi dan memaknai perkembangan teknologi.

Teknologi, sebagai alat, hanya bisa mengikuti kehendak para pengguna. Pisau pun entah itu sebagai alat memasak atau membunuh, bergantung kepada pemilik pisau. Hal ini yang selayaknya menjadi fokus dalam membedah perkembangan teknologi. Dalam pembedahan ini terdapat 3 unsur menurut tata gramatika: subjek, predikat, dan objek. Bahwa harus disadari apakah subjek tersebut mampu menyadari, memaknai dan melakukan predikatnya. Dalam konteks ini, yang menjadi predikat adalah perkembangan teknologi yang harus dipahami oleh sang subjek. Untuk memahami maksud dari perkembangan teknologi ini, dapat dibantu dengan 5 W + 1 H. Mengapa pada awalnya teknologi tersebut diciptakan, apa tujuannya, siapa yang berhak menggunakan, dimana tempat dan waktu yang tepat untuk menggunakannya, dan bagaimana batasan – batasan dalam memanfaatkannya. Setelah predikatnya dapat dipahami dan dimaknai, objek dari tindakan ini pun harus diketahui, yaitu memudahkan pekerjaan manusia.
Namun, ‘pembedahan’ terhadap perkembangan teknologi pun seolah menjadi sebuah teori belaka melihat gejala – gejala yang sudah diuraikan pada paragraf sebelumnya. Adapun dua faktor yang memengaruhi hal ini adalah terlalu cepatnya teknologi tersebut berkembang dan kesiapan secara mental dan fisik penggunanya. Tentunya perkembangan pesat dari teknologi menjadi suatu realita yang tidak dapat dielakkan dan diacuhkan, oleh karena itu kesiapan para pengguna teknologi tersebut yang menjadi fokus perhatian dari problema yang sudah mengakar selama beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, satu – satunya hal yang dapat mencegah sekaligus mengobati penyakit ini adalah melalui pendidikan, mulai dari pendidikan non – formal sampai formal. Pendidikan non – formal yang harus dimulai dari pendampingan dan pembimbingan oleh keluarga dan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta dengan cetak biru yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
Untuk mengulas peran pendidikan dalam menyiapkan para pemuda untuk dapat memaknai dan menanggapi perkembangan teknologi yang mengubah lanskap gaya hidup masa kini, terlebih dahulu perlu diketahui kondisi pendidikan kini, setidaknya 2 dekade terakhir ini. Dalam menguji suatu subjek pelajaran, tidak jarang ditemui soal – soal yang hanya dapat dijawab dengan menghafal mati, misalkan pelajaran – pelajaran sosial seperti sejarah dan geografi yang cenderung menghafalkan tahun atau nama, ataupun menghafalkan jawaban dari persoalan matematika yang runyam. Teknik menghafal ini tentunya diperlukan dalam porsi yang cukup, tanpa mengabaikan teknik menganalisis suatu permasalahan. Dalam menganalisis suatu permasalahan, para pemuda dihadapkan pada kejujuran dalam mengamati objek, merumuskan permasalahan yang ada dan akhirnya menemukan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. Hal ini yang tidak didapat ketika daya kritis pemuda dibatasi oleh pembelajaran dengan cara teknik menghafal saja.
Adapun pembelajaran hanya menjadi sekadar teoretis belaka ketika ilmu – ilmu yang sudah didapat tidak dapat dikorelasikan secara kontekstual terhadap lingkungan. Ilmu sejarah yang mengajarkan pola kehidupan manusia pada masa lampau yang akan menuntun penikmat sejarah dalam merumuskan pola kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang, seolah – olah kehilangan makna apabila pengetahuan tersebut tidak dapat diolah dan dikorelasikan dengan kehidupan kini. Revolusi industri misalnya, perkembangan teknologi yang begitu pesat ternyata tidak membuahkan kehidupan yang manis bagi semua orang, hal ini ditunjukkan dengan semakin besarnya jurang antara sang kaya dan miskin. Bahwa ternyata terdapat pola yang sama dengan keadaan sekarang, yaitu berkembangnya teknologi dengan begitu cepat, namun pola ini tidak disadari sehingga menimbulkan gejala – gejala seperti yang sudah dibahas sebelumnya. 
 Dari uraian yang sudah disampaikan, bahwa pendidikan yang mengedepankan teknik menghafal ketimbang menganalisis, dan tidak dapat mengorelasikan antara ilmu dan realita akan menyebabkan para peserta didik tidak mampu untuk mengomperhensi perubahan yang begitu cepat terjadi (baca : internet). Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk menganalisis dan memahami pola yang ada mengenai perkembangan teknologi tersebut. Perkembangan teknologi yang seharusnya dapat menentukan gaya hidup dari seorang pemuda beralih menjadi pendiktean gaya hidup oleh teknologi. Oleh karena itu urgensi pemuda dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat ini adalah dengan menyadari dan memaknai persoalan yang ada dan  menjadikan pendidikan menjadi jalan yang ditempuh untuk menyiapkan para penerus bangsa dalam menghadapi tantangan – tantangan jaman secara kontekstual.









Kamis, 07 Desember 2017

Women in Engineering Unilever Leadership Fellowship (WULF)! Gils! Ini seru banget!



Hello! Well.. Sebelum memulai cerita tentang WULF 2017, aku mau ceritain sedikit dulu deh tentang blog ini. Aku jarang nulis cerita pribadi di media-media like blog gitu, tapi lebih suka nulis tentang penelitian atau yg seringnya disebut paper. Atau opini-opini pribadi seperti kompasiana. Kalian bisa search akunku ya di kompasiana. HAHAHA. Setelah dipikir-pikir kembali, ternyata banyak cerita yang perlu dibagikan ke orang-orang karena selama ini aku banyak termotivasi dengan blog-blog yang sering ceritain kehidupan pribadi mereka. Contohnya blog perjalanan sekolah di luar negeri karena beasiswa, rangkaian recruitment kerja dan masih banyak lagi. So, it is never too late, let’s share from now! Because, sharing is part of worship J #ciyaa

“Eh kamu baru darimana tuh apdet di IG muluu”
“Ngapain aja tuh disana, med? Ceritain dong!?”

Pertanyaan diatas cuma sebagai pertanyaan perwakilan aja dari beberapa pertanyaan yang temen2 ku tanyain tentang WULF sendiri dan jadi motivasi tersendiri buat aku to share this amazing story. Well,let’s talking about it!. Women in Engineering Unilever Leadership Fellowship atau WULF 2017. Dari namanya aja gausah ditanya ye, ini acara emang buat Cewek yang berjurusan Teknik. Acara ini actually still the first time sih diadain di Indonesia, sebelumnya pernah diadakan di Mexico, Brazil dan London (Kalau ga salah wkwk). So, wajar buat branding masih belum heboh banget karena masih new di Indonesia.

Awalnya aku dapet info dari grup SPE Undip. Trus aku langsung excited dan langsung kepoin tuh acaranya ngapain aja. Oke kepo-kepo, ternyata acaranya diadain sama Unilever Indonesia. Wow! Apa gak makin excited dah kalo dah denger perusahaan ini. Finally, aku bener-bener bertekad buat ikutan! Buat registrationnya hampir mirip-mirip kaya acara-acara lain yang sejenis. Ada dua poin penting yang aku inget yaitu answer some question and CV. Pertanyaannya standard tentang kehidupan kita, maksudnya kaya rencana-rencana kalian kedepannya, motivasi hidup, dan lain-lain lah. Trus ada lagi kaya pengalaman kamu ngapain aja gitu-gitu. So, aku isi bener-bener tuh pertanyaannya dan benering CV juga. Buat CV aku ga main-main, aku sampe minta tolong temen aku anak arsitektur, devina namanya. Dia jago banget ngedesain, dan dibantuin buat desainnya. Dan, sekedar info, sekarang devina lagi start up buat bikin online shop jasa desain CV karna bermula dari ngeditin CV-ku, well jadi pelajaran moral buat aku juga, ternyata motivasi buat wirausaha bisa didapet darimana aja.


Back to the topic, oke, aku submit deh requirement nyaa! Kalo ga salah kira-kira 10 hari lebih buat nungguin pengumuman. And thanks God! Aku lolos buat ikutan WULF! Singkat cerita kita diinvite di grup whatsapp sama kak tommy dan kak puput dari HR Unilever. Semua kebutuhan disana puji Tuhan dibantu oleh Unilever, jadi bener-bener Cuma bawa pakaian dan badan aja ke Unilever Cikarangnya.
Masuk ke pembahasan the Day nih!

Day-1!

Seperti biasa kalo dimana-mana emang diawali dengan perkenalan satu sama lain. Cuma ngobrol-ngobrol doang sih nama dan asal darimana. Ada 48 orang yang kepilih dari sekitar 400-an katanya yg daftar. Antara sedih atau senang sih, karena disitu Cuma aku doang yg dari Undip, tapi it’s okay. Tetap disyukuri ajaa. Pas kenalan sana sini, ternyata kebanyakan dari mereka ada yg anak Beswan Djarum, XLFL, dulu exchange kesana sini, dancer dan lainnya! Sumpah ya mereka keren-keren bangettttt! Dan aku gatau mau cerita aku dari bagian apa wkwk karena aku ga termasuk dari semua yg mereka dapetin itu, cuma butiran jasjus yang kalo kena angin langsung terbang ntah kemana, yah lebih tepatnya barisan tertolak hahaha. Tapi ga masalah, kebetulan aku orang nya emang gampang deket sama siapa aja, jadi ga terlalu ambil pusing banget sih. Banyak-banyak bersyukur aja lebih tepatnya

Di hari yang pertama ini sebenernya full of workshop. Tapi bukan workshop yang bakal bikin feel sleepy dongss! Di awal kita dikenalin secara mendalam tentang Unilever Indonesia dan hingga Unilever International. Unilever emang bener-bener gede gengs, bayangin aja produk-produk yang ada di kamar kalian pasti 50% dominated by Unilever product, contohnya kaya lotion, shampoo, sabun, bedak, sikat gigi, pasta gigi dan lain-lain..coba deh check aja di barang-barang nya pasti ada logo U nya khas unilever wkwk. Workshop kedua dan ketiga serta selanjutnya lebih tentang “Who am I”. Workshop nya ini full of English, diisi oleh Madame Hema sbg Co-founder nya Women in Engineering, beliau dari afrika selatan. Trus ada Mr. Alpin yang ceritain Unilever dan supply chain secara khusus. Kenapa supply chain? Well, supply chain ini singkatnya adalah main controlnya pembentukan produk dari raw material sampe tuh barang bisa ada di indomaret, alfamart atau distributor-distributor. Pastinya penting banget dong! Permasalahan lain yang ada lagi, Unilever jarang bisa menjaring cewek-cewek teknik yang berminat buat jadi karyawan bidang supply chainnya, jadi salah satu alasan acara ini khusus buat cewek-cewek teknik ya itu, bahwa gender itu ga jadi penentu sih. Semua orang bisa ngelakuin apa pun yang dia suka meskipun kebanyakan masih didominasi oleh lawan jenis mu.


Aku ga usah ceritain isi workshopnya secara detail, yah biar ga spoiler aja semisal yang baca pada mau ikutan tahun depan wkwkwk. Gatau juga sih bakalan sama apa ga, yah tp berharap diadain lagi tahun depan. Lanjut, habis makan siang, ada workshop lagi dari Mrs. Ampy. Beliau adalah VP nya Supply Chain nya Unilever se-Asia coyyyy. Katanya juga VP pertama yang cewek, sebelum2nya cowok2. Isi workshop nya lebih ke tentang perjalanan karir dari Mrs. Ampy! Menginspirasi banget dan ga nyangka bisa ketemu beliau di acara ini. Intinya emang di hari pertama ini, kita lebih difokuskan tentang workshop pengembangan diri kita dan dikenalkan secara detail tentang apa yang dimaksud dengan supply chain.


Day – 2!


Nah, di hari kedua ini juga ga kalah seru dengan hari pertama. Sama sih, ada beberapa workshop juga tentang leadership dan engineering. Namun yang paling berkesan di hari kedua ini adalah bermain BEER GAMES! Well, actually this games is such a new thing in my life. Karena, katanya games ini sering dimainkan di jurusan Teknik Industri yang menceritakan tentang gambaran umum di perusahaan tentang SUPPLY CHAIN.



Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa pekerjaan di perusahaan harus memperhatikan banyak aspek, agar tidak menimbulkan kerugian. It’s okay ada kerugian sedikit, tapi akan menjadi masalah besar ketika kerugian tersebut ditumpuk-tumpuk dan menghasilkan tumpukan kerugian. Kalau di BEER Games ini, ada 4 stakeholder yang berperan, yaitu Factory, Distributor, Wholesaler dan Retailer. Masing-masing dari stakeholder tersebut bertujuan memastikan bahwa permintaan konsumen dapat sampai ke tangan konsumen tanpa kekurangan apapun. Kalau di games ini, kita harus bisa mengatur strategi agar tidak terjadi hutang yang terlalu banyak. Sehabis main games, masih dilanjutkan dengan leadership workshop by Mrs. Hema. Di akhir acara, seperti biasa ditutup dengan foto-foto cantik huehuehueue. Agak ribet sih emang mengatur para-para wanita yang centil centil ini buat foto karena semuanya rebutan buat foto sampai antri panjang gitu.

Well, cukup sekian ceritaku. Intinya aku mau ngucapin makasih banyak buat Unilever Indonesia yang sudah menyediakan fasilitas ini, dan memilih aku over 400 registrant. Yang paling berkesan lagi bisa ketemu orang-orang di Unilever yang sangat luar biasa. Puji Tuhan! Bonus foto-foto WULF juga nih :)
Makan Malam peserta WULF bersama Karyawan Unilever

Pas lagi habis acara apa ya lupa wkwk

Selfie dulu lah :D

Ini timku nih, tim Rexona

Ini temen-temenku yang ternyata sama-sama di SPE juga